
RIENews.ID, LVIV – Memasuki minggu ketiga konflik Rusia – Ukraina, para menteri luar negeri dari kedua negara tersebut akhirnya bertemu pada hari ini, Kamis (10/03/2022) di Turki. Pertemuan ini merupakan kontak tingkat tertinggi antara kedua negara sejak operasi militer dimulai pada 24 Februari lalu.
Sejauh ini belum ada satu pun tujuan yang dinyatakan tercapai dari konflik antar kedua negara. Perseteruan itu justru menyebabkan tewasnya ribuan orang, sementara lebih dari dua juta jiwa meringkuk di pengungsian kota-kota yang bombardir tanpa henti.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, dirinya telah melakukan pembicaraan dengan Sergei Lavrov dari Rusia malam tadi. Dari pembicaraan tersebut, Ia mengaku, Negosiator Rusia Leonid Slutsky mengatakan Moskow “tidak akan mengakui satu pun poin negosiasi”.
Pembicaraan sebelumnya, difokuskan pada gencatan senjata lokal terbatas untuk menjangkau warga sipil di kota-kota yang terkepung, terutama Mariupol. Ukraina menuduh Rusia melakukan “genosida” dengan mengebom sebuah rumah sakit bersalin di sana pada Rabu kemarin. Sementara Rusia membantah tuduhan tersebut, menurut Moskow bangunan itu tidak lagi digunakan sebagai rumah sakit dan telah lama diambil alih oleh pasukan.
Kementerian luar negeri Ukraina telah menunggah rekaman video bangunan rumah sakit tersebut. Rekaman tersebut menunjukkan lubang dan tumpukan besar puing-puing berserakan di tempat kejadian.
“Negara macam apa ini, Federasi Rusia, yang takut pada rumah sakit, takut pada rumah sakit bersalin, dan menghancurkannya?” Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.
Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan, Ukraina akan berupaya membuka tujuh koridor kemanusiaan pada Kamis. Termasuk upaya lain untuk mencapai Mariupol yang telah dikuasai militer Rusia. Misi penyelamatkan warga sipil di sana telah gagal sejak Sabtu lalu.
Tujuan Presiden Putin yang berusaha menghancurkan militer Ukraina dan para pemimpinnya masih di luar jangkauan. Sikap Zelenskiy masih tak tergoyahkan. Apoalagi dengan adanya bantuan militer Barat yang terus mengalir melintasi perbatasan Polandia dan Rumania.
Meskipun pasukan Rusia telah maju di selatan, namun belum satu pun kota di utara atau timur yang nampak direbut. Negara-negara Barat yakin serangan kilat yang direncanakan di Kyiv gagal dan Moskow beralih taktik dengan serangan yang lebih merusak.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Kamis, bahwa pasukan besar Rusia yang ada di barat laut Kyiv telah membuat banyak kerugian. Ia menambahkan, bahwa ketika korban meningkat Presiden Vladimir Putin harus menarik seluruh angkatan bersenjata dan mengganti selurh kerugian.
Putin mengklaim pasukannya di Ukraina telah berhasil dan operasi berjalan sesuai rencana. Rusia menyebut serangannya sebagai “operasi khusus” untuk melucuti senjata negara tetangganya dan mengusir para pemimpin yang disebutnya “neo-Nazi”.
Rusia Bom Rumah Sakit?
Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah dilakukan, pejabat Ukraina menuding pesawat Rusia telah mengebom rumah sakit anak-anak pada Rabu kemarin. Hal itu menyebabkan banyaknya korban dari kalangan ibu hamil yang terkubur di puing-puing bangunan. Gubernur setempat mengatakan, serangan itu menyebabkan 17 orang terluka.
Badan Hak Asasi Manusia PBB mengatakan, pihaknya sedang berupaya memverifikasi jumlah korban. Salah seorang juru bicara Badan HAM PBB mengatakan, Insiden itu telah mencederai operasi militer yang dilakukan secara sembarangan.
“…menambah keprihatinan mendalam kami tentang penggunaan senjata sembarangan di daerah berpenduduk,” sebutnya.
/cloudfront-us-east-2.images.arcpublishing.com/reuters/IB4Y75WNIJJMLKYQDRIUAPLQQQ.jpg)
Rusia sebelumnya telah berjanji untuk menghentikan penembakan hingga warga sipil dapat melarikan diri dari Mariupol (Baca Selengkapnya). Kedua belah pihak saling menyalahkan atas kegagalan evakuasi tersebut. Sekira 2 juta jiwa total pengungsi dari Ukraina, sebagian besar adalah anak-anak. Komite Palang Merah Internasional mengatakan, rumah-rumah penduduk telah hancur di seluruh Ukraina.
“Ratusan ribu orang tidak memiliki makanan, air, pemanas, listrik, dan perawatan medis,” katanya.
Kuleba, menteri luar negeri Ukraina mengatakan, saat ini Ukraina sedang mengupayakan gencatan senjata. Hal itu bertujuan untuk melakukan pembebasan wilayahnya sehingga dapat menyelesaikan semua masalah kemanusiaan.
Rusia masih terus mendesak agar Kyiv menghentikan perlawanan. Selanjutnya, Rusia meminta agar Ukraina segera mengubah konstitusinya untuk netral dan membatalkan aspirasi untuk bergabung dengan aliansi NATO. Selain itu, Ukraina juga diminta untuk mengakui kemerdekaan dan kekuasaan Rusia di Krimea.
Namun Presiden Ukraina, Zelenskiy, terus meminta kepada negara-negara Barat agar memperketat sanksi terhadap Rusia. Sehingga mereka dapat duduk di meja perundingan dan mengakhiri konflik yang dianggap sebagai perang brutal ini. Dia mengatakan dengan yakin kepada VICE, jika sanksi terus dilakukan, Putin pada tahap tertentu akan menyetujui perundingan.
“Saya pikir dia akan melakukannya. Saya pikir dia melihat bahwa kita kuat. Dia akan melakukannya. Kita perlu waktu,” katanya.
(Informasi dilansir dari Reuters; Diterjemahkan, ditulis ulang dan diedit oleh Fakhruddin Alrazi)

