/cloudfront-us-east-2.images.arcpublishing.com/reuters/EA7UV5SRQ5MOHITZ5ESWUJVNY4.jpg)
RIE News, Lviv – Rusia umumkan gencatan senjata di Ukraina hari ini, Rabu (09/03/2022). Dilansir dari Reuters, gencatan senjata tersebut dilakukan untuk memberi kesempatan warga sipil agar segera mengamankan diri kepungan militer. Termasuk juga untuk mengantisipasi adanya rakyat Ukraina yang terperangkap dalam konflik tanpa akses ke obat-obatan atau air bersih.
Sebelumnya, pengumuman gencatan senjata juga sempat dilakukan pada Selasa lalu. Rusia menjanjikan keamanan warga sipil di sejumlah kota, termasuk Kyiv, Kharkiv, Chernihiv, Sumy dan Mariupol. Sejauh ini baru satu koridor yang dibuka, diantaranya di kawasan luar Sumy pada Selasa lalu.
Ukraina menyatakan, pihaknya telah setuju untuk menghentikan sementara situasi panas tersebut. Setidaknya, mulai dari pukul 9 pagi hingga pukul 9 malam. Pada masa yang ditetapkan tersebut, warga sipil diminta agar segera melarikan diri dari kota-kota yang terkepung melalui enam koridor. Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk meminta Rusia untuk tak ingkar janji pada gencatan senjata lokal ini.
Peringatan skala besar telah dibunyikan di Mariupol, pelabuhan selatan yang benar-benar dikelilingi oleh pasukan Rusia selama lebih dari seminggu. Di lokasi itu, Palang Merah menggambarkan situasi yang dihadapi warga sipil sebagai “apokaliptik”. Para penduduk berlindung di bawah tanah dari pemboman tanpa henti. Hal itu membuat sejumlah relawan kesulitan untuk mengevakuasi warga yang terluka, ditambah lagi minimnya akses ke makanan, air, listrik, dan udara yang bersih.
/cloudfront-us-east-2.images.arcpublishing.com/reuters/J3KL5WE5MNPNDGDTLJDUSOW4NU.jpg)
Rencana gencatan senjata lokal telah lama dijanjikan sejak Sabtu lalu. Namun, kesempatan yang ditunggu-tunggu warga sipil untuk segera mengamankan diri selalu saja gagal. Pemerintah Kyiv mengatakan 30 bus dan delapan truk yang bertugas mengevakuasi warga gagal tiba. Pihak Ukraina mengaku, hal itu diakibatkan oleh serangan Rusia yang melanggar gencatan senjata. Sementara dilain pihak, Moskow menyalahkan Kyiv akibat belum menghentikan tembakan.
Sejauh ini, sekira lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Presiden Putin melancarkan operasi militer. Moskow menyebut tindakannya tersebut tidak lebih hanya untuk melucuti senjata Ukraina dan mengusir para pemimpin yang disebutnya “neo-Nazi.” Kyiv dan sekutu Baratnya menganggap pernyataan itu hanyalah dalih tak berdasar untuk melawan negara demokratis berpenduduk 44 juta orang.
Terisolasi
Operasi Militer yang dilakukan Rusia telah membuatnya terisolasi secara ekonomi. Amerika Serikat mengatakan pihaknya telah melarang impor minyak Rusia. Sebagian perusahaan-perusahaan Barat bahkan telah menarik diri dari pasar Rusia. Banyak pernyataan mencolok yang beredar. Diantaranya dari McDonalds yang mengatakan bahwa hampir 850 restorannya di Rusia telah ditutup. Tak hanya McDonalds, sejumlah perusahaan besar seperti Starbucks (SBUX.O), Coca-Cola (KO.N), Pepsi (PEP.O) dan lainnya juga membuat pengumuman serupa.
Rusia mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan tanggapan mereka atas sanksi yang telah dilakukan sejumlah negara barat. Sementara tidakan mengusir Rusia dari sektor ekonomi dunia pun mulai menunjukkan dampak buruk bagi negara barat. Diantaranya inflasi yang menyebabkan harga pompa bahan bakar eceran melonjak drastis.
Baik Ukraina dan Rusia merupakan negara pengekspor bahan makanan dan logam terbesar. Harga biji-bijian dan minyak makanan mengalami pelonjakan di seluruh dunia. Hal ini menimbulkan masalah baru disektor ekonomi dunia yang berdampak pada negara-negara miskin di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Perdagangan nikel, yang penting dalam produksi kendaraan listrik juga dihentikan pada setelah mengalami kenaikan harga lebih dari dua kali lipat.
Ukraina mengatakan bahwa pihaknya telah melarang ekspor disejumlah komoditas. Termasuk gandum hitam, barley, soba, millet, gula, garam, dan daging yang hanya akan digunakan sebagai stok keperluan tahun ini.
Upaya Lemahkan Militer Rusia
Presiden AS Joe Biden mengaku, sanksi yang dilakukan kepada Rusia akan berdampak buruk pada perekonomian Amerika. Namun, Biden mengaku, risiko tersebut harus diambil demi membatasi kekuatan militer Rusia.
“Rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya pada mesin perang Putin,” sebut Presiden AS, Joe Biden.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Inggris. Mereka mengatakan akan segera menghentikan segala macam impor barang dari Rusia pada akhir 2022. Sementara Uni Eropa sudah berencana untuk mengurangi ketergantungannya pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini.
Berbeda hal nya dengan China. Negara yang menandatangani pakta persahabatan dengan Rusia tiga minggu sebelum operasi militer itu, belum bergabung dengan Barat untuk menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Menanggapi sikap yang dianggap acuh tersebut, Amerika telah melakukan tindakan terhadap sejumlah perusahaan China yang menjual produk teknologi kepada Rusia.
Sekretaris Perdagangan, Gina Raimondo mengatakan kepada New York Times, pada dasarnya Washington dapat menutup seluruh perusahaan China yang memasok chip atau teknologi canggih lainnya ke Rusia. Dihadapan anggota Parlemen, Kepala intelijen AS menduga bahwa saat ini China telah merasa gelisah. Terlebih pada masa sulit yang dihadapi Rusia di Ukraina dan kekuatan reaksi Barat.
Harga minyak yang melonjak tinggi akibat dorongan operasi militer Rusia dapat memotong persentase penuh dari pertumbuhan ekonomi. Terlebih dari sejumlah negara berkembang pengimpor minyak seperti China, Indonesia, Afrika Selatan dan Turki.
(Informasi dilansir dari Reuters; Diterjemahkan, ditulis ulang dan diedit oleh Fakhruddin Alrazi)


Respon (1)